Kamis, 12 September 2013

Lirik BabyMetal - Megitsune

Baby Metal. Megitsune

Ame ga shikitsune zabun
chiki chiki banzai chiki chiki banzai
tsuuin te namikasete
kira kira banzai kira kira banzai

atsukete todo oshite
kuru kuru banzai kuru kuru banzai
izeyuki shichihen ke
gogogogogogogogo

inishie no otome tachi yo
harisomeno yume ni odoru
ikusen no toki wo koete
ima o ikiru

aah souyo itsudemo onna wa choyuu yo
kitsune janai kitsune janai
otome rame kitsune

aah yamato nadeshiko onna wa kawaru no
kaode waratte kokoro renaide
soyonete namida wa nisenaino

itsude itsude
watashi wa de itsuno
onna wa toruu no

inishie no otome tachi yo
harisomeno yume ni utau
ikusen no toki wo koete
koko ni ikiru

aah souyo itsudemo onna wa choyuu yo
kitsune janai kitsune janai
otome wa nametara ikanzoyo

aah yamato nadeshiko onna wa kawaru no
zutto itsumo kienai youni
harari wo akeru no

aah saite chirunona
onna no sadame yo
kaode waratte kokoro renaide
chuujou otome name kitsuneyou

aah 

Tugas Masalah Internasional

Bajak Laut Somalia Masalah Internasional

Seluruh dunia harus berpartisipasi memberantas aksi bajak laut. Para perompak di perairan Somalia akan terus beraksi, karena keuntungan yang dapat diraih amat fantastis. 
Penanggulangan kasus perompakan di kawasan perairan Somalia menjadi tema komentar dalam tajuk harian-harian internasional.
Harian Inggris The Independent yang terbit di London dalam tajuknya berkomentar :
Dalam beberapa segi, perompak di Somalia ibaratnya Taliban di lautan. Basisnya adalah sebuah negara yang tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi. Mereka melancarkan serangan dengan senjata api kaliber kecil dan peralatan seadanya. Sama seperti Taliban, dunia terlambat menyadari besarnya masalah yang ditimbulkan. Karena itu, diperlukan pemecahan masalah yang dikoordinasikan secara internasional. Bajak laut juga tidak memilih sasarannya. Setiap kapal yang lewat tidak peduli dari negara mana, adalah mangsa yang harus diburu. Dunia pasti berkepentingan mengamankan rute transportasi logistik cukup penting tsb.
Harian Italia La Stampa yang terbit di Turin berkomentar :
Samudra Hindia di kawasan Somalia saat ini mirip dengan perairan Karibia di abad 18. Sama seperti zaman dahulu, hanya sebuah kekuatan baru di negara pangkalan bajak laut itu, yang dapat membuat para perompak menjadi ketakutan. Akan tetapi kasus perompakan tidak akan lenyap. Sebab keuntungannya amat fantastis, dibanding modal yang harus dikeluarkan. Juga para bajak laut itu tidak akan mengalami kerugian. Paling sial mereka hanya akan kehilangan nyawanya. Tapi nyawa bukan sesuatu yang cukup berharga dalam situasi kehidupan yang penuh kesengsaraan serta tanpa perspektif.
Sementara harian Jerman Berliner Zeitung yang terbit di Berlin mengomentari proses hukum bagi para perompak yang tertangkap.
Terdapat target untuk menangkapi para perompak dan mengajukannya ke pengadilan. Para perompak harus dikurung, tapi masalahnya tidak ada satupun negara yang mau menerima mereka. Dalam proses aktual, Jerman masih dapat beranggapan tidak terkena dampaknya. Karena, walaupun kapal yang dirompak itu milik perusahaan pelayaran Jerman, tapi tidak menggunakan bendera Jerman dan awaknya tidak ada yang berkebangsaan Jerman. Namun kini situasinya berbeda. Sebagian awak kapal barang MS Stavanger yang disandera perompak adalah warga Jerman. Tarik ulur masalah hukum masih akan berlangsung. Tapi semakin jelas, kini semakin diperlukan keberadaan pengadilan internasional untuk kasus bajak laut.
Terakhir harian Jerman lainnya Frankfurter Allgemeine Zeitung yang terbit di Frankfurt berkomentar :
Uni Eropa menyepakati ekstradisi dan pengadilan para perompak dengan Kenya. Sebuah negara di Afrika yang sistem hukumnya dikenal tidak terlalu bagus. Namun dari berbagai sudut pandang Eropa, pemecahan problem semacam ini adalah yang paling murah, dibanding jika pengadilannya dilakukan di Eropa. Akan tetapi yang lebih baik lagi, jika Eropa mengikis habis lahan subur untuk tumbuhnya kasus perompakan, atau paling tidak sistem penjeraan militernya untuk memerangi para bajak laut ditata lebih efektif lagi.

Refrensi : http://www.dw.de/bajak-laut-somalia-masalah-internasional/a-4183931